Perang Antar Pelajar
Bukanya perang melawan kebodohan tetapi malah perang melawan sesama pelajar. Beginilah kelakuan sebagian remaja di indonesia, bukanya melawan kebodohan tetapi malah melawan sesama pelajar. Tawuran antar
pelajar sudah sering terjadi bahkan sudah mendarah daging dan menjadi tradisi di beberapa SMA selama bertahun-tahun.
Ironisnya tawuran tidak hanya terjadi pada kalangan pelajar, tawuran juga
terjadi pada warga dan supporter sepak bola. Tawuran tidak hanya menyebabkan
kerugian fisik kerugian material pun menjadi dampak dari tawuran. Dalam Undang-Undang
no.20 tahun dua ribu tiga tentang system pendidikan nasional menyebutkan
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab” berarti kita
sebagai pelajar diharapkan agar dapat mengembangkan kualitas generasi muda
bangsa dalam berbagai aspek yang dapat mengurangi penyebab masalah budaya dan karakter bangsa. Tapi
malah berbeda 180 derajat dari undang-undang tersebut, sebagian pelajar di
beberapa sekolah malah terlibat tawuran antar sekolah lain. Apa yang menjadi
penyebab tawuran antar pelajar?
Kebanyakan tawuran penyebabnya hanya masalah sepele seperti saling
mengejek, perkelahian dua orang yang berbeda sekolah yang menyebabkan
teman-temanya ikut dalam perkelahian tersebut. Tidak tanggung-tanggung nyawapun
menjadi taruhan dari tawuran. Ditahun dua ribu duabelas sebanyak delapan puluh
dua pelajar tewas akibat tawuran. Mau jadi apa lagi bangsa ini!!!
Pejabat-pejabat banyak yang korupsi ditambah lagi generasi muda banyak yang
tawuran. Sebenarnya apa sih keuntungan tawuran….? Pengen terlihat macho….!? Atau
Pengen dihargai anak sekolah lain…!? Kalau ingin dihargai kita harus bisa belajar
menghargai orang lain. Kapan Negara ini bisa maju kalau generasi-generasi muda
semakin lama semakin nggag karuan. Hanya orang yang tidak berpendidikan yang terlibat tawuran.
Biasanya anak yang terlibat tawuran adalah
anak yang keluarganya terlibat masalah seperti perceraian kedua orang tua,orang
tua yang sibuk bekerja sehingga tidak memperhatikan anak-anaknya. Berbagai cara
sudah dilakukan dalam menanggulangi tawuran. Tetapi menurut saya cara untuk menghentikan tawuran adalah dengan
pendekatan kedua belah pihak, dengan cara membuat kesepakatan damai antar pihak
sekolah. Tetapi cara itu masih belum cukup untuk menghentikan tawuran antar
pelajar. Tidak cukup hanya selembar kertas dengan tanda tangan kedua belah
pihak. Yang dibutuhkan adalah pembelajaran antar sekolah dan antar siswa
tentang pentingnya rasa damai dan menghargai individu itu sebagai makhluk yang
bermartabat, bukan benda atau barang yang seenaknya dapat dirusak setiap saat.
Selain dari pada itu pendidikan karakter juga mempengaruhi kesadaran pelajar.
Ekstrakulikuler sekolah juga dapat berpengaruh dalam menghentikan kebiasaan
tawuran antar pelajar. Ekstrakulikuler tersebut diantaranya seperti Rohani
Islam (ROHIS), PRAMUKA, Kelompok Ilmiyah Remaja (KIR) dsb. Keluarga juga
mempunyai peranan untuk menanamkan nilai menghargai dalam perbedaan. Karena
dengan cara menghargai dalam perbedaan dapat mengurangi kebiasaan tawuran.
Kemudian dengan cara diberi sanksi yang tegas kepada pelajar yang terlibat
tawuran. Sanksi yang tegas tidak hanya membuat anak itu menjadi kapok tetapi
juga menjadikan teman-temannya ragu untuk terlibat tawuran. Kemudian pihak
sekolah harus menjauhkan pelajar yang terlibat tawuran dengan siswa yang
berprestasi atau siswa yang tidak bandel. Karena apabila dibiarkan terus
menerus kebiasaan tawuran dapat menyebar ke siswa-siswa yang lain. Seperti
halnya sebuah virus yang ada ditubuh kita harus menyingkirkan virus itu sebelum
menyebar ke seluruh tubuh. Yang terakhir adalah kehadiran negara sangat
diperlukan agar pendidikan karakter yang dicangangkan oleh kementrian
pendidikan dan kebudayaan lebih efektif, ketegasan dari aparat kepolisian
sangat deperlukan dalam menghentikan kebiasaan tawuran. Sanksi yang tegas dan sikap
preventif melalui kerjasama dengan pihak sekolah dapat menghentikan kebiasaan
tawuran dari akarnya.
Perilaku kekerasan fisik merupakan tidak
dihargainya individu sebagai pribadi yang bernilai dan berharga. Sebagai
generasi muda Indonesia kita harus menghentikan teman-teman kita dari tawuran
pelajar. Karena salah satu dari kita
"pasti" akan menggantikan presiden dan pejabat-pejabat lainya. ‘Say No To Tawuran’.